Tuesday, December 12, 2017

Penemuan Light Emitting Diode (LED)

Gambar Led BiruPenemuan yang menghantarkan tiga ilmuwan itu meraih nobel adalah Light Emitting Diode (LED)

biru yang merupakan sumber cahaya baru. Dengan LED biru, cahaya putih bisa diciptakan dengan cara baru yang lebih hemat energi.

Dilansir dari situs Penghargaan Nobel, panitia nobel menyatakan bahwa inovasi LED biru ini "memicu transformasi fundamental dalam teknologi penerangan." Diode merah dan hijau sudah ada sejak lama tapi tanpa LED biru, cahaya putih tak bisa tercipta.

Panitia nobel menyatakan, "Mereka sukses ketika yang lainnya gagal, Temuan mereka revolusioner. Lampu pijar menerangi kita pada abad ke-20, abad ke-21 diterangi oleh LED."

Lewat riset terpisah Akasaki, Amano, dan Nakamura menemukan LED biru pada awal era 1990-an. Inovasi mereka terus disempurnakan sehingga menghasilkan lampu LED yang kini makin efisien.

Versi terbaru lampu dengan teknologi LED biru saat ini mampu menghasilkan penerangan 300 luminasi/Watt. Terang yang dihasilkan oleh lampu itu setara dengan 16 lampu pijar dan 70 lampu fluorensens.

Dengan seperempat konsumsi listrik dunia bertujuan untuk memenuhi kebutuhan penerangan, maka inovasi ketiga penerima nobel ini berguna untuk menghemat sumber energi yang dipakai untuk membangkitkan listrik.

Konsumsi material untuk lampu LED biru juga lebih sedikit. Sebabnya, lampu LED biru bisa bertahan hingga 100.000 jam sementara lampu pijar hanya 1.000 jam dan lampu fluorensens 10.000 jam.

Lampu LED biru memberi kesempatan untuk meningkatkan kualitas hidup 1,5 juta orang di dunia yang hingga kini belum terjangkau penerangan. Mereka kini bisa memanfaatkan solar panel mini dengan produksi listrik kecil untuk menerangi lingkungannya. (Sumber: Kompas.com)

Ilmuwan yang meraih Nobel tersebut adalah:
  • Isamu Akasaki dari Nagoya University
  • Hiroshi Amano dari Nagoya University
  • Shuji Nakamura dari University of California di Santa Barbara. 
Ketiga ilmuwan itu diberikan Penghargaan Nobel Fisika di Stockholm pada Selasa (7/10/2014) pukul 16.45 WIB.

Exoplanet

Gambar GliseBadan Antariksa Amerika Serikat atau NASA mengumumkan penemuan Tujuh Exoplanet baru
seukuran Bumi. Tiga di antaranya layak huni bagi manusia. Keberadaan Exoplanet ini tertangkap oleh Teleskop Spitzer milik Lembaga Penerbangan dan Antariksa AS (NASA). Alat tersebut berhasil meneropong keberadaan tujuh planet seukuran Bumi yang berada di luar lingkup tata surya (eksoplanet).

Exoplanet adalah planet di luar Tata Surya, kebanyakan dari planet yang telah ditemukan tersebut adalah planet raksasa besar seperti Yupiter, bukan planet kecil yang padat dikarenakan keterbatasan dalam teknologi deteksi.

Namun kali ini NASA mengungkapkan 7 Planet Luar surya tersebut mirip bumi yang layak huni. Temuan itu dibeberkan NASA dalam konferensi pers khusus di Washington, DC, yang disiarkan langsung melalui Facebook, Kamis (23/2/2017) dini hari WIB.

Menurut NASA, lingkaran exoplanet Trappist-1 (bintang tunggal) tersebut terletak hanya 39 tahun cahaya dari Bumi. Temuan ini menjadi rekor baru untuk kategori jumlah temuan planet yang layak huni di luar sistem tata surya selama ini.

Ketujuh planet eksoplanet dimaksud mengorbit sebuah bintang kurcaci merah yang disebut sebagai Trappist-1, singkatan dari Transiting Planets and Planetesimal Small Telescope, nama teleskop observatorium di Cile yang ikut berkontribusi dalam penemuan.

Tiga di antara ketujuh eksoplanet mirip Bumi itu memiliki orbit dalam zona layak huni sehingga kemungkinan memiliki air dalam bentuk cair, salah satu komponen terpenting dalam menyokong kehidupan.

Menurut NASA, penemuan ini merupakan Rekor baru, penemuan ini bisa menjadi bagian penting dalam teka-teki untuk menemukan lingkungan layak huni, tempat-tempat yang kondusif untuk kehidupan. Untuk pertama kalinya di zona layak huni merupakan langkah luar biasa maju untuk menuju tujuan itu.

Para ilmuwan NASA mengatakan bahwa keberadaan air belum dikonfirmasi pada salah satu planet yang baru ditemukan. Namun, NASA mengklaim tiga dari tujuh planet baru tersebut layak huni.

Bintang Trappist-1 sendiri berjarak "hanya" 40 tahun cahaya atau sekitar 378 triliun kilometer dari Bumi sehingga relatif dekat dibanding bintang-bintang lain dalam galaksi Bima Sakti.

Tiga dari tujuh eksoplanet yang bersangkutan mengorbit dalam jarak terlalu dekat dengan bintang sehingga kemungkinan terlalu panas untuk bisa memiliki air. Sementara itu, planet ketujuh terlalu jauh sehingga air bisa membeku.

Temperatur planet keempat, kelima, dan keenam diperkirakan ideal untuk kehidupan. Kalau ketiganya turut memiliki atmosfer serupa Bumi, maka bisa jadi di permukaannya terdapat lautan, danau, dan sungai yang diketahui sebagai tempat bermulanya kehidupan.

Sumber:

http://tekno.kompas.com/read/2017/02/23/10055597/google.doodle.rayakan.penemuan.exoplanet.planet.serupa.bumi
https://international.sindonews.com/read/1182508/42/nasa-temukan-7-planet-baru-seukuran-bumi-3-layak-huni-1487791385

Penemuan jejak kaki dinosaurus

Gambar jeejak_kaki_diniosaurus_australiaDi daerah Barat Laut Australia, tepatnya  di dataran Cretaceous Broome Sandstone, area Waldamany,

Semenanjung Dampier, daerah Barat Australia. telah ditemukan jejak kaki dinosaurus terbesar berukuran 5 kaki 9 inci (1,75 meter). Menurut peneliti, jejak kaki tersebut adalah jejak kaki dari Sauropod, dinosaurus herbivora berleher panjang. Sebelumnya, pada bulan Juli lalu di Bolivia ditemukan jejek kaki sepanjang 1,15 meter (hampir 3 kaki 9 inchi). Penemuan tersebut merupakan penemuan jejak kaki dinosaurus karnivora yang terpanjang.

"Jejak kaki raksasa tersebut sangat spektakuler, belum ada yang mendekati (dalam hal ukuran)," ujar Peneliti dari Universitas Queensland Professor Steve Salisbury seperti dikutip dari CNN, Selasa (28/3/2017).

Sauropod yang meninggalkan jejak tersebut diperkirakan berukuran 5,4 meter (17 kaki 9 inci) diukur dari kaki hingga pinggulnya. Dari bebatuan yang diteliti di sekitar lokasi, jejak dinosaurus itu diprediksi berusia 127 juta hingga 144 juta tahun, lebih tua dari fosil dinosaurus yang pernah ditemukan di Australia sebelumnya.

Menurut data dari Universitas Queensland, dua puluh satu jejak ditemukan di sepanjang Semenanjung Dampier merupakan penemuan yang tidak terduga dengan hamparan batu yang juga berusia mencapai 140 juta tahun.

Professor Salisbury mengatakan kondisi di Semenanjung Dampier sangat ideal dengan lingkungan hidup dinosaurus. Karenanya, penemuan tersebut sangat mengagumkan. Salisbury bersama timnya telah melakukan penelitian selama lima tahun di area tersebut.

"Penemuan ini adalah penemuan yang paling beragam dari semua jejak dinosaurus yang pernah ditemukan. Jika kita kembali ke 130 juta tahun lalu, kita pasti akan bisa melihat seluruh jenis dinosaurus yang berbeda berjalan di sepanjang garis pantai. Ini merupakan tempat asal mereka," kata Salisbury yang juga telah memastikan adanya bukti Stegosaurus yang pernah hidup di Australia.

Observatorium Ulugh Begh

Gambar Observatorium Ulugh BeghUlugh Beg (Bahasa Persia: میرزا محمد طارق بن شاہرخ الغ‌بیگ‎ – Mīrzā Muhammad Tāraghay bin
Shāhrukh Uluġ Beg) adalah Sultan Khorasan, ahli astronomi dan metematika. Ulugh Beg dilahirkan di Soltaniyah, Iran pada tahun 1394 dan meninggal pada tahun 1449 di Samarkand, Uzbekistan. Untuk menghormati pencapaian sang sultan dalam astronomi, pada 1830 sebuah kawah di Bulan dinamai ìUlugh Beighî oleh astronom Jerman Johann Heinrich von Madler pada peta Bulan buatannya.

Awal Kehidupan

Ulugh Begh, yang berarti ”Penguasa Agung”, pada masanya selain dikenal sebagai raja atau sultan penebar kasih dan perdamaian di Asia Tengah, ia pun menguasai ilmu astronomi dan matematika. Salah satu hasil karyanya yang brilian adalah ilmu trigonometri dan geometri bentuk bola.

Lahir di Sultaniyeh, Persia (kini Iran) pada tahun 1394, dengan nama Mirza Mohammad Taregh bin Shahrukh. Dia adalah cucu dari Amir Timur atau yang lebih dikenal sebagai Timur Leng, sang penakluk dan pendiri kekaisaran Timurid di Asia Tengah. Mirza Ulugh Begh adalah anak tertua dari Shah Rukh, mereka berasal dari suku Mongol Barlas dari Transoxiana (kini Uzbekistan). Sedangkan ibunya seorang bangsawan Goharshad dari Persia.

Semasa anak-anak, Mirza mengembara ke tempat-tempat penting di Timur Tengah dan India bersama kakeknya, Amir Timur, ketika memperluas kekuasaannya di wilayah tersebut. Sepeninggal kakeknya, Mirza kecil menetap di Samarkand yang pada waktu itu menjadi ibukota kerajaan Timurid.

Pada usia 16 tahun, Mirza Mohammad sudah menjadi gubernur di Samarkand (1409). Bahkan pada tahun 1411 ia menjadi penguasa penuh seluruh Mavarannahr (kini Uzbekistan, Tajikistan, dan sebagian Kazakhstan).

Sang penguasa berusia remaja ini berhasil mengubah kota Samarkand, menjadi sebuah pusat intelektual bagi kerajaan. Pada 1417-1420 ia pun membangun madrasah (universitas) yang hingga kini masih berdiri megah di Registan Square, Samarkand, Uzbekistan. Kala itu madrasah ini ramai dikunjungi para astronom dan matematikawan Islam untuk belajar. Salah seorang hasil didikan Ulugh Begh adalah Ghiyath al-Kashi, seorang ahli matematika terkemuka.

Selain matematika, astronomi adalah ilmu yang paling menarik minat sang sultan, dan kecintaannya dibuktikan pada tahun 1420, dengan mendirikan sebuah observatorium kolosal, yang ia namai Gurkhani Zij, sebuah observatorium mirip Uraniborg buatan Tycho Brahe. Gurkhani berbentuk busur seperempat lingkaran (kuadran) berukuran raksasa yang melengkung dari ruang bawah tanah hingga menonjol di permukaan tanah.

Sumbangan Ulugh Beg

Sesuai dengan minatnya yang sangat besar terhadap ilmu pengetahuan, dia bangun kota tersebut menjadi sebuah pusat kebudayaan dan ilmu pengetahuan muslim. Sampai sekarang bangunan-bangunan dan monumen-monumen peninggalan Ulugh Beg dapat kita lihat di kota Samarkand. Di sanalah ia menulis lirik-lirik syair, buku-buku sejarah dan mengkaji Qur’an. Meskipun demikian, astronomi dan matematika merupakan bidang utama yang sangat menarik perhatiannya. Ia turun tangan secara langsung melakukan kajian dan pengamatan tentang bintang-bintang. Pada tahun 1420 ia membangun sebuah observatorium di Samarkand untuk mengobservasi planet-planet dan bintang-bintang.

Di observatorium inilah Ulugh Beg dan timnya mewujudkan cinta mereka pada Tuhan dengan sungguh-sungguh bekerja dan beribadah. Dari hasil observasi itu mereka menyiapkan tabel-tabel astronomi matahari, bulan dan planet-planet lain yang telah diamati dengan tingkat kecermatan tinggi, yang akurasinya tidak terlalu jauh berbeda dengan hasil pengamatan astronom modern yang menggunakan berbagai teleskop yang canggih. Dari hasil pengamatan dan perhitungannya ia dan timnya juga mengoreksi perhitungan yang pernah diperbuat astronom-astronom Romawi seperti Ptolemeus. Hasil-hasil observasi mereka terhimpun antara lain dalam kitab “Zij-i- Djadid-iSultani”

Selain itu masih banyak kitab-kitab lain yang mereka tulis dalam bahasa Arab. Beberapa hasil karya mereka diterjemahkan oleh astronom-astronom Inggris dan Perancis beberapa ratus tahun kemudian. Hal ini menunjukkan bahwa hasil observasi dan perhitungan mereka sangat canggih untuk ukuran zaman itu sehingga datanya masih sangat berguna ratusan tahun kemudian.

Bangunan observatorium Ulugh Beg di Samarkand berwujud sebagai peralatan raksasa yang dirancang sedemikian rupa untuk mengamati bintang-bintang di satu lokasi yang tetap di cakrawala. Interiornya berupa sebuah terowongan batu yang cukup lebar dan panjang di mana pangkalnya berada di bawah tanah dan berujung pada alam terbuka beratapkan langit. Di dalamnya dilengkapi dengan 2 (dua) jeruji batu yang ditempatkan pada posisi tepat sehingga memberi hasil yang maksimal dalam menghitung ketinggian jarak bintang-bintang yang diamati secara cermat.

Observatorium Ulugh Beg di Samarkand yang dibangun atas dasar ilmu ilham yang dianugerahkan Tuhan terbukti sangat canggih untuk ukuran zaman itu, sehingga peralatan seperti ini masih ditiru dan digunakan oleh astronom-astronom Eropa lebih 100 tahun kemudian, diantaranya observatorium Uraniborg (1576) dan observatorium Stierneborg (1584). Tidak hanya dari segi penampilan fisik dan arsitekturnya yang mencontohi observatorium Ulugh Beg melainkan juga dari sisi kualitas dan kuantitas peralatan dan bahkan sampai manajemen operasinya.

Penemun observatorium peninggalan abad ke-15

Tahun 1908, di bawah reruntuhan kota kuno Afrasiyab, Samarkand, Vladimir Viyatkin, seorang arkeolog asal Rusia, terkesima menatap sebuah bentuk bangunan aneh menjulang di hadapannya. Dari hasil penggaliannya itu, akhirnya ia dapat mengenali bangunan itu sebagai sextant atau kuadran berukuran raksasa. Arkeolog amatir itu akhirnya sadar bahwa ia sedang berada di sebuah observatorium peninggalan abad ke-15.

Puing-puing sisa observatorium Islam paling awal ini, adalah salah satu bukti kecintaan seorang raja pada ilmu pengetahuan khususnya ilmu astronomi. Observatorium luar biasa ini dibangun pada tahun 1420 oleh seorang penguasa Timurid bernama Ulugh Begh.

Kesaksian

Sejatinya observatorium pertama di dunia dibangun oleh seorang astronom Yunani bernama Hipparchus (150 SM). Namun, di mata ahli astronomi muslim abad pertengahan, konsep observatorium yang digagas oleh Hipparcus itu jauh dari memadai. Sebagai ajang pembuktian, para sarjana muslim pun kemudian bekerja sama dalam membangun observatorium yang lebih modern pada zamannya. Sejumlah astronom muslim yang dipimpin Nasir al-Din al-Thusi pun akirnya berhasil membangun observatorium astronomi di Maragha pada 1259 M. Observatorium itu dilengkapi perpustakaan dengan koleksi buku yang mencapai 400 ribu judul.

Seorang ahli astronomi Barat, Kevin Krisciunas, dalam tulisannya berjudul 'The Legacy of Ulugh Beg' mengungkapkan bahwa observatorium termegah yang pernah dibangun oleh para sarjana muslim adalah observatorium Ulugh Beg. Observatorium itu dibangun oleh seorang penguasa keturunan Mongol yang bertahta di Samarkand yang bernama lengkap Muhammad Taragai Ulugh Beg (1393-1449). Dia adalah seorang pejabat yang menaruh perhatian tinggi terhadap ilmu astronomi dan juga ilmu pengetahuan.

Sumber:

- http://id.wikipedia.org/wiki/Ulugh_Beg
- http://en.wikipedia.org/wiki/Ulugh_Beg
- http://www.zulfanafdhilla.com/2013/04/biografi-ululgh-begh-ahli-ilmu-falak.html
- http://www.bukukerja.com/2013/07/ilmuwan-ulugh-beg-pembangun.html

K.H. Fahmi Basya-Penerapan Matematika Islam

Gambar Fahmi BasyaFahmi Basya adalah seorang pengajar Matematika Islam di Universitas Islam Negeri Jakarta. Ia
dikenal sebagai penemu bidang ilmu Matematika Islam yang ia teliti sejak tahun 1972. Fahmi Basya merupakan alumnus FMIPA Universitas Indonesia.

Matematika Islam

Matematika Islam merupakan suatu metode membedah keajaiban Al-Qur'an dari sisi keilmuan matematika yang ditemukan oleh KH Fahmi Basya.

K.H. Fahmi Basya melakukan penelitian mengenai Al-Qu'ran sejak tahun 1972 dan baru ia rumuskan pada tahun 1982.

Pada awalnya, Fahmi mengemukakan ide Matematika Islam melalui berbagai selebaran, seminar, dan stadium general. Pada tahun 2002, idenya dipakai sebagai salah satu mata kuliah di UIN Syarif Hidayatullah. Selanjutnya, ia diminta sebagai penceramah untuk mengenalkan konsep Matematika Islam di sebuah stasiun televisi swasta.

Menurut K.H. Fahmi Basya, Matematika Islam ialah Matematika yang menjadikan Al-Qur'an dan Sunnah Nabi sebagai postulat. (postulat /pos·tu·lat/ n = asumsi yg menjadi pangkal dalil yg dianggap benar tanpa perlu membuktikannya; anggapan dasar; aksioma)

Penerapan Matematika Islam

Dalam Matematika Islam, seseorang tidak lagi perlu membuktikan suatu data yang datang dari Allah dan Rasul-Nya, sekalipun nanti dalam perjalanannya, Matematika Islam seolah membuktikan kebenaran sunnah-sunnah Nabi.

Data bilangan dari AlQuran dan Nabi diolah dan dibuat model matematikanya, seperti: Pilar Al-Quran, Permata Shalat, Roda Gigi Sholat, dan lain-lain.

Angka 19

Dalam sebuah seminar di Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya, Fahmi memberikan gambaran bahwa sesungguhnya di dalam Al-Quran terkandung rahasia-rahasia yang harus dipikirkan oleh umat manusia, salah satunya adalah rahasia angka dalam Al-Quran. Ia menjelaskan bahwa angka yang paling sering banyak muncul di dalam Al-Quran adalah angka 19, yang didapat dari berbagai perhitungan, misalnya adalah jumlah dari bacaan basmalah yang berjumlah 19 huruf. Dari kesimpulannya, angka 19 adalah sebuah aksioma dalam Al-Quran.

Rahasia gerakan sholat

Berdasarkan Matematika Islam, Fahmi Basya memperlihatkan hubungan antara gerakan sholat gerhana dengan posisi gerhana. Dari sana didapatkan bahwa ruku dapat didefinisikan sebagai gerakan 90 derajat. Jika ruku adalah 90 derajat, sujud adalah 135 derajat, dan berdiri tegak adalah nol derajat, dalam satu rakaat seseorang telah menyelesaikan satu putaran penuh atau 360 derajat. Selain itu, bacaan takbir yang diucapkan pada 29 kali shalat tarawih dan witir ditambah sholat Ied maka akan ditemukan bilangan 1786, yang jika dibagi 19 adalah 94. Angka 94 juga menjadi jumlah kalimat takbir dalam lima kali sholat dalam sehari. Bagi Fahmi, riset yang mendalam terhadap fenomena-fenomena menarik ini akan dapat memperkuat rasa iman kepada Allah.

Kontroversi

Candi Borobudur

Dalam buku "Matematika Islam 3", KH Fahmi Basya menyatakan bahwa Candi Borobudur adalah peninggalan Nabi Sulaiman di tanah Jawa. Ia menyebutkan beberapa ciri-ciri Candi Borobudur yang menjadi bukti sebagai peninggalan Nabi Sulaiman, seperti hutan atau negeri Saba, makna Saba, nama Sulaiman, buah maja yang pahit, dipindahkannya kekuasaan Saba ke wilayah kekuasaan Nabi Sulaiman, bangunan yang tidak terselesaikan oleh para jin, tempat berkumpulnya Ratu Saba, dan lain-lain. Melalui hitungan matematika Islam dan Sain Alquran yang dipahaminya, KH Fahmi Basya memaparkan 40 fakta-fakta eksak daya jelajah para Nabi yang ternyata sampai ke Nusantara.

Nabi Sulaiman memerintahkan untuk membentuk gedung besar dan patung-patung. Patung-patung yang beribu-ribu jumlahnya adalah Candi Borobudur, sedangkan bangunan yang besar-besar adalah Candi Prambanan. Saba di Indonesia adalah Wonosobo. Dalam Al-Qur’an, Saba ditumbuhi pohon yang sangat banyak. Lalu Nabi Sulaiman memerintahkan burung Hud-Hud mengirim surat ke Ratu Saba, kediamannya di Candi Ratu Boko, yaitu 36 kilometer dari Borobudur. Surat itu berupa pelat emas dan pernah ditemukan di sebuah kolam di Candi Ratu Boko. Namun, pekerjaan jin belum selesai dikarenakan mereka tahu Nabi Sulaiman telah wafat sehingga mereka menghentikan pekerjaannya. Di Borobudur, terdapat patung yang belum selesai, yaitu Unfinished Solomon.

Hasil karya tulis
  • "Matematika Islam" #1
  • "Matematika Islam" #2
  • "Matematika Islam" #3
  • "Borobudur & Peninggalan Nabi Sulaiman"
Sumber:
- http://id.wikipedia.org/wiki/Fahmi_Basya
- http://id.wikipedia.org/wiki/Matematika_Islam

Abu Yusuf Ya'qub Al-Kindi

Gambar Abu Yusuf Ya'qub Al-KindiAbu Yusuf Ya'qub Al-Kindi adalah dikenal sebagai filsuf pertama yang lahir dari kalangan Islam,

Nasabnya sampai pada Qahthan berdarah Arab asli. Semasa hidupnya, selain bisa berbahasa Arab, ia mahir berbahasa Yunani. Dia juga salah seorang ilmuwan besar muslim dalam bidang kedokteran dan pemilik salah satu pemikiran terbesar yang dikenal sepanjang peradaban manusia.

Biografi

Al-Kindi dilahirkan di Kufah, ayahnya adalah seorang pejabat pemerintahan pada masa Khalifah Harun Ar-Rasyid. Dia dipanggil dengan Al-Kindi karena dihubungkan dengan kabilahnya, yaitu kabilah Arab Kindah. Dia dijuluki filsuf Arab karena dialah filsuf muslim pertama. Barangkali juga karena dialah satu-satunya diantara sekian banyak filsuf muslim yang tidak diragukan kearabannya. Perlu disebutkan bahwa berbagai literatur Barat telah menyelewengkan namanya menjadi Alchendius, sekalipun literatur Barat saat ini menulis dengan namanya yang benar, yaitu Al-Kindi.

Kehidupan dan Pendidikannya

Al-Kindi menghabiskan masa kecilnya di Kufah bersama kedua orang tuanya. Ketika Al-Kindi masih anak-anak, ayahnya meninggal dunia. Keadaannya yang yatim tidak mengendorkan semangatnya. Dia tetap terus mempelajari berbagai macam ilmu di Kufah, Basrah dan Baghdad. Dia memulai belajarnya dari ilmu-ilmu agama, kemudian filsasat, logika, matematika, musik, astronomi, fisika, kimia, geografi, kedokteran dan tekhnik mesin.

Kemampuannya dalam bidang filsafat dan penemuannya dalam bidang kedokteran serta keahliannya sebagai insinyur telah diakui oleh para ilmuwan lain yang hidup pada masanya. Kejeniusan dan kemampuannya dalam berbagai bidang sempat menjadi sumber kedengkian orang-orang yang dengki dan lemah jiwanya, sehingga hampir saja Al-Kindi dipenjara, dicambuk dan diboikot. Anehnya, diantara mereka juga ada yang menjelek-jelekkan prilakunya dan mengklaimnya sebagai orang pelit.

Dalam bidang penguasaan bahasa asing, Al-Kindi menguasai dua bahasa, yaitu bahasa Yunani dan Suryani. Ada yang mengatakan bahwa dia juga mengusai bahasa asing lainnya. Penguasaannya terhadap berbagai bahasa inilah yang telah membantunya menguasai berbagai macam ilmu dan menadikannya sangat berpengaruh bagi Khalifah Al-Ma'mun, sehingga dia mengangkatnya sebagai penerjemah buku-buku asing yang dianggap penting.

Penemuan Ilmiah dan Pemikiran Al-Kindi

Al-Kindi adalah seorang ilmuwan besar yang setara dengan Ibnul Haitsam dan Al-Biruni. Dia memiliki pemikiran besar yang mungkin mengungguli penemuan para ilmuwan besar lainnya sepanjang sejarah. Kalau saja dia tidak hidup pada masa itu, barangkali peradaban Islam tidak akan semaju waktu itu. Demikian juga pada masa Ibnul Haitsam, Al-Biruni, Al-Karakhi dan Ibnu Sina. Sebagaimana yang kita ketahui bahwa perkembangan peradaban terjadi karena pergerakan yang selalu bertambah atau dengan kata lain ada kerja berkesinambungan yang terus-menerus dilakukan antar generasi. Sebagaimana pada saat itu, Arab tidak memiliki karya besar terjemah sebelumnya. Al-Kindi termasuk ilmuwan yang hidup pada masa pergerakan terjemah, dan dia sendiri adalah seorang penerjemah. Para penerjemah buku-buku Al-Kindi mengatakan bahwa kumpulan buku-buku yang dikarang olehnya dalam bidang filsafat, logika dan berbagai macam ilmu lainnya, jumlahnya mencapai dua ratus buku. Bahkan Dr. Abdul Halim Muntashir mengatakan dalam bukunya "Tarikh Al-Ilm" bahwa buku yang dikarang Al-Kindi mencapai 230 buku.

Penemuan di Bidang Astronomi

Al-Kindi mengamati posisi bintang, planet dan letaknya dari bumi. Dia memperingatkan dampaknya pada bumi, kemungkinan pengukurannya, penentuan pengaruhnya sebagaimana yang terjadi pada fenomena air pasang dan surut yang sangat berkaitan erat dengan posisi bulan. Dia memiliki pikiran yang cerdas dan keberanian ilmiah yang menjadikannya berani menghubungkan antara satu fenomena dengan fenomena alam lainnya di atas bumi, sehingga dapat menciptakan penemuan baru. Diantara yang menakjubkan adalah bahwa seorang orientalis berkebangsaan Belanda, De Bour berpendapat setelah melihat tesis Al-Kindi bahwa hepotesanya tentang air pasang dan surut tentu didasarkan pada eksprimen.

Penemuan di Bidang Ilmu Alam dan Fisika

Al-Kindi membuat tesis tentang warna biru langit. Dia menjelaskan bahwa warna biru bukanlah warna langit itu sendiri, melainkan warna dari pantulan cahaya lain yang berasal dari penguapan air dan butir-butir debu yang bergantung di udara. Tesis ini mendekati banyak penafsiran ilmiah yang benar, yang kita ketahui pada masa sekarang.
Penemuan di Bidang Teknik Mesin

Yaitu ilmu mekanik dalam istilah industri dan teknik saat ini, atau ilmu yang secara khusus berhubungan dengan alat-alat, rangkaian, dan menjalankan fungsinya. Al-Kindi banyak belajar ilmu ini baik secara teoritis maupun praktis. Dia telah menjadi insinyur peradaban Islam dan turut serta dalam pelaksanaan proyek-proyek pembangunan seperti proyek penggalian kanal untuk membuka jaringan sungai Dajlah dan Furat.


Penemuan di Bidang Kimia, Industri Kimia dan Ilmu Perlogaman

Dalam penelitiannya di bidang kimia, Al-Kindi telah memberikan kontribusi yang banyak bagi negeri dan warga negaranya. Dia menguasai berbagai macam ilmu kimia, seperti dalam pembuatan parfum, aroma kimia, kimia untuk membuat kaca, warna, dan besi. Dia memiliki sebuah tesis yang berhubungan dengan pembuatan parfum secara kimiawi dan menciptakan berbagai jenis aroma dari parfum itu, seperti pembuatan minyak kasturi (misk). Dia menyebutkan bahan-bahannya, cara penyulingannya dan cara pencampurannya. Demikian juga dengan pembuatan parfum aroma bunga mawar dan aroma bunga jasmin.

Al-Kindi juga menjelaskan secara ilmiah berbagai proses kimiawi penting, seperti penyaringan dan penyulingan. Al-Kindi juga membuat pedang sebagaimana yang disebutkan dalam dua bukunya dan dia menjelaskan macam-macam besi dan ciri-cirinya serta cara pembuatannya dan pencampurannya. Cara seperti itu sampai sekarang masih dipakai dalam pembuatan pedang, yang mana besi biasa dicampur dengan baja dalam ukuran tertentu kemudian dipanaskan secara bersamaan dengan campurannya, dengan prosentase karbon berkisar antara 5 sampai 10% sehingga didapatkan baja yang sangat keras dan menjadi pedang yang tajam.
Penemuan di Bidang Matematika

Al-Kindi percaya kepada pendapat para ilmuwan bangsa Yunani yang menjadikan ilmu matematika sebagai pengantar yang paling tepat bagi ilmu filsafat dan logika. Hal ini karena ilmu matematika melatih akal untuk berpikir benar dan teratur. Karya Al-Kindi dalam ilmu matematika mencapai 43 buku. 11 buku diantaranya tentang ilmu hitung dan 32 buku tentang ilmu geometri.
Penemuan di Bidang Kedokteran dan Farmasi

Al-Kindi adalah seorang dokter terkemuka. Dia telah menulis sebanyak 22 buku di bidang kedokteran dan banyak memisah-misahkan spesialisasi dalam bidang kedokteran yang penting, sebagaimana dia juga telah mendahului penggunaan musik sebagai salah satu alat untuk mengobati beberapa penyakit.

Karya Bidang Ilmu Logika dan Filsafat

Al-Kindi mendalami filsafat Yunani dan menerjemah sebagian buku-bukunya, menambah dengan keterangan dan komentar yang menunjukkan pada kemampuannya yang sangat besar dalam bidang itu. Kenyataan inilah yang membuat Khalifah Al-Ma'mun memberikan tugas kepadanya untuk menerjemahkan buku-buku karangan Aristoteles. Dia juga menguasai pemikiran dan filsafat Persia dan India. Dia menelusuri metode filsafat dan logika matematika sebagaimana yang dilakukan oleh para filsuf Yunani.

Hubungan Al-Kindi yang kuat dengan filsafat memberikan dampak yang sangat besar bagi perkembangan pemikiran ilmiahnya. Al-Kindi menolak segala pemikiran yang bertentangan dengan Islam dan berusaha untuk memadukan antara filsafat dan pemikiran Islam.

Mengingat penjelasan secara detil tentang peranan Al-Kindi dalam bidang filsafat dan karya-karyanya yang tidak sepenuhnya menjadi fokus utama pembahasan buku ini, maka kami cukup memberitahukan bahwa karya Al-Kindi dalam bidang filsafat berjumlah sebanyak 22 buku.

Hilangnya Buku-buku Al-Kindi

Ya'qub Al-Kindi memiliki lebih dari dua ratus buku yang dikarangnya. Bahkan Dr. Abdul Halim Muntashir mengatakan dalam bukunya "Tarikh Al-Ilm wa Daur Al-Arab fi Taqaddumihi" bahwa buku karangan Al-Kindi lebih dari 230 buku. Akan tetapi yang sangat disayangkan, kebanyakan dari buku-buku ini hilang dan tidak sampai ke tangan kita kecuali judul judulnya saja yang diberitahukan oleh penerjemahnya kepada kita.

Pemikiran Ilmiah Al-Kindi

Secara global, fenomena pemikiran ilmiah Al-Kindi dan indikator yang menunjukkan pada keistimewaannya adalah sebagai berikut:
  • Dia termasuk diantara para ilmuwan pertama yang berpedoman pada metode eksprimen sebagai suatu cara untuk menyimpulkan hakekat ilmiah. Dalam hal ini, kami telah memaparkan pengakuan ilmuwan Belanda, De Bour.
  • Dia mengetahui peranan ilmu matematika dalam membangun akal dan melatihnya untuk konsisten dengan kebiasaan berpikir yang benar. Dalam hal itu, dia berkata, "Filsafat tidak dapat diperoleh kecuali dengan menguasai ilmu matematika."
  • Al-Kindi menyadari bahwa hakekat teori ilmiah dan pemikiran tidak akan benar kecuali setelah melalui proses pematangan yang lama. Dalam hal itu, dia berkata, "Kebenaran yang sempurna tidak akan didapat oleh seseorang, karena ia akan sempurna secara bertahap dengan disempurnakan oleh para generasi pemikir."
  • Sebagai ilmuwan yang memiliki jiwa sehat, dia mengingkari pengaruh bintang-bintang kepada keadaan manusia dan membantah perkataan paranormal tentang pergerakan benda-benda langit. Sekalipun demikian, dia termasuk pemerhati astronomi sebagai salah satu ilmu pengetahuan alam dan mengetahui manfaatnya secara ilmiah dalam berbagai kehidupan manusia.
  • Perhatiannya dalam bidang kimia terbatas pada manfaatnya secara ilmiah, yaitu pada bidang industri dan pengobatan. Dia menolak pemanfaatannya sebagai cara untuk merubah logam yang murah menjadi emas. Menurutnya, pekerjaan seperti ini hanya membuang waktu para ilmuwan pada sesuatu yang tidak banyak manfaatnya.
Wafat

Menurut pendapat Al-Khalili, Al-Kindi wafat pada tahun 260 H (874). Sedangkan menurut sumber lain, dia wafat pada tahun 260 H (874 M). Ada juga yang mengatakan bahwa dia wafat pada tahun 252 H (866 M).

Sumber:
Ensiklopedi Alqur'an